Untuk mendapatkan rupiah pada masa-masa seperti ini bukanlah hal yang mudah. Pada era seperti ini kehidupan bagaikan menerapkan hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang, tidak memandang tingkat sosial suatu kaum. Rakyat kecil membanting tulang untuk membiayai keluarga mereka dirumah, sedangkan para wakil rakyat yang seharusnya memperhatikan nasib mereka justru acuh terhadap hal itu dan hanya menghabiskan uang negara untuk hal-hal yang tidak penting.
Begitu juga dengan sosok Ibu Muntiah ini. Sebagai penjual sosis keliling beliau menjadi tulang punggung keluarga sekaligus kepala keluarga bagi anak-anaknya. Suaminya sudah meninggal 10 tahun silam. Beliau mempunyai 3 anak, anak pertama sudah duduk di bangku kuliah, anak keduanya duduk di bangku SMK, dan anaknya yang paling kecil duduk di bangku SD. Walaupun anaknya yang pertama sekarang kuliah di Universitas Muria Kudus, namun tentang biaya Bu Muntiah dibantu oleh saudaranya.
Dalam sehari Bu Muntiah bisa berjualan hingga 2 kali apabila beliau tidak merasa capek. Pukul 8 pagi hingga 1 siang Bu Muntiah biasa menjual dagangannya di SD dekat rumahnya di daerah Loram Wetan (Pring Kuning) dan pukul 4 sore hingga 10 malam Bu Muntiah berjualan di GOR Kudus. Dalam sehari beliau bisa mendapat penghasilan 100 ribu jika sedang ramai. Namun jika sedang sepi pembeli, beliau hanya bisa membawa pulang sekitar 40 ribu dan itu hanya cukup untuk makan dan membeli bahan-bahan yang akan beliau jual kembali esok hari.
Dengan berjualan sosis, Bu Muntiah berharap dapat terus menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang pendidikan yang tinggi dan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan yang pasti menjadi orang sukses yang dapat membahagiakan orang tua.
Itu adalah contoh sebagian kecil potret perjuangan hidup rakyat kecil yang ada di kota Kudus. Semoga pemerintah lebih memperhatikan nasib orang-orang seperti Bu Muntiah agar mereka mendapatkan fasilitas hidup yang layak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar